Home » » Tafsir Kemanusiaan “Dendam Damai”

Tafsir Kemanusiaan “Dendam Damai”

Selasa, 25 Juni 2013 | 0 komentar

Buletin edisi keempat

Oleh : Abdul Ghefur 

Kedamaian dan kebahagiaan hidup merupakan satu dambaan hidup manusia. Selama ini wacana mengenai perdamaian tersebut, nyaris hanya kerap dikemukakan oleh para pemuka agama, akademisi, dan aktivis yang tercerahkan oleh teks-teks keagamaan. Sedangkan suara-suara dari seniman atau pejuang seni belum mampu terdengarkan oleh jiwa masyarakat umum. Dalam hal ini penulis hendak mengangkat pesan damai dari seorang seniman asli Indonesia, Iwan Fals, lewat syairnya “Dendam Damai.” 

Iwan Fals banyak dikenal melalui lagu-lagunya, syair-syair yang dia “kicaukan” dikenal dengan kritik sosialnya yang tajam pada rezim orde baru. Namun banyak juga lagu-lagu yang berkaitan dengan pesan tentang kedamaian, kejujuran, dan cinta. Sebagai seorang musisi, dia bersikeras melihat fenomena dilapangan dengan objektif. Dalam salah satu syair yang berjudul Dendam Damai, dia mencoba membaca realitas yang ada kemudian mempersoalkannya.

Bait awal lagu Dendam Damai, Tak habis pikir aku tak mengerti/Mengapa ada orang yang senang membunuh?/Hanya karena uang semata/Atau demi kuasa dan nama. Interpretasi bait pertama ini, merupakan ekpresi keheranan yang membuatnya bertanya tentang apa sesungguhnya realitas yang terjadi. Tanya tersebut disambung dengan jawaban yang sudah ia paparkan sesuai dengan apa yang dia amati. Jawaban itu seolah ingin memberitahu kepada kita bahwa hampir seluruh kekerasan “penghambat kedamaian” terjadi baik secara fisik maupun non-fisik. Sebuah kausal yang merupakan tindakan mempertahankan kekuasaan.

Dengan uang semua orang bisa didikte sesuai keinginan penguasa yang tidak rela berbagi kekuasaan dan tidak ingin kekuasaanya berakhir. Jika penguasa mengendus adanya kudeta maupun desas desus tentang keburukannya dibicarakan rakyat, maka penguasa tidak segan-segan membuat opini publik yang bisa melegitimasi perbuatan yang tidak bermoral, misalnya dengan membuat peryataan mengancam kedaulatan negara, atau mengancam stabilitas negara. Kata “senang” dalam bait tersebut, mengindikasikan bahwa tindak kekerasan penguasa sudah sangat lazim terhadap rakyat kecil.

Bait syair selanjutnya, Bagi kita rakyat biasa/Tak berdaya ditodong senjata/Mencuri hidup yang hanya sekali/Hanya berdoa yang kita bisa/, mengindikasikan kekuatan yang dimiliki oleh penguasa dipakai untuk konfrontasi dengan rakyat biasa. Dengan ini rakyat biasa dilemahkan, ditakut-takuti agar tunduk kepada keinginan penguasa, sehingga penguasa dengan leluasa menikmati keringat rakyatnya sendiri. Kini rakyat hanyalah mesin para penguasa, yang tanpa memandangnya sebagai manusia yang mandiri dengan segala keinginannya.

Dendam dendam celaka/Menghasut kita tak jemu menggoda/Damai damai di mana/Bersembunyi tak ada wujudnya/ dari sini terlihat antara penguasa dan rakyat sudah tidak saling percaya. Keadaan ini tidak lahir dari ruang kosong yang tidak punya alasan. Ini bisa kita pahami, jika kita melihat bagaimana pemerintah melayani rakyat, bagaimana pemerintah menjawab kebutuhan rakyat, dan bagaimana tanggung jawab pemerintah terhadap rakyatnya. Ini perlu menjadi koreksi diri dari pemerintah dan masyarakat, sehingga “dendam” dan saling curiga tidak menjangkiti kita semua, karena situasi semacam ini tidak menguntungkan rakyat jelata.

Bait selanjutnya Kapan berakhirnya situasi seperti ini?/Tidak bisakah kita saling berpelukan?/ berharap betapa indahnya hidup berdampingan antara penguasa dan masyarakat, antara yang berbeda agama, maupun yang berbeda dalam pemahaman. Semua terasa berjalan berbeda namun dalam irama yang sama, ibarat melihat tumbuhan yang bermacam-macam yang memancarkan keindahan dari perbedaan itu sendiri.

Lirik Bukankah indah hidup bersama/Saling berbagi saling menyinta/Terasa hangat sampai ke jiwa/Memancar ke penjuru dunia. Mencoba memvisualisasikan tentang keindahan dari hidup bersama saling berbagi dan saling menyinta terasa hanga sampai ke jiwa kemudian memancar ke seluruh aspek masyarakat. Di sini kedamaian menjadi inti utama dari kehidupan manusia dan kedamaian setiap hati yang pada ujungnya akan bermuara pada kedamaian di bumi.

Lirik Jangan goyah percayalah teman/Perang itu melawan diri sendiri/Selamat datang kemerdekaan/ Kalau kita mampu menahan diri, kita sebagi manusia yang menjalani kehidupan, dituntut mampu mengolah diri sehingga bisa beradaptasi dengan lingkungan. Dengan cara ini kita telah ditempa menjadi manusia yang memahami diri sendiri, lalu memahami lingkungan hidup kita. Menurut hemat penulis, semua konflik berakar pada tidak adanya pengenalan pada diri. Jika kita tidak mengenal diri sendiri bagaimana bisa kita mengenal di luar diri kita, dan jika kita tidak mengenal di luar diri kita maka segala bentuk prilaku juga tidak akan memberikan kedamaian baik kepada diri maupun kepada yang lain sebagai akibat dari ketidaktahuan dan ketidakpahaman. Bila demikian yang terjadi bisa dipastikan segala aktifitas yang dilakukan akan menghambat lajunya perdamaian.

Dari pengalaman makan asam garam, Iwan Fals mempunyai keyakinan bahwa proses pengendalian diri merupakan kunci terciptanya kedamaian. Sedangkan penghujung syair dengan bunyi Hanya karena itu semua/Rela hancurkan tanah tercinta,mengisyaratkan bahwa kerususuhan dan ketidaktentraman merupakan hal yang bisa merusak manusia sebagi penghuni bumi. Iwan Fals mengklaim bahwa hanya karena uang, kuasa, dan, nama rela menghancurkan tanah tercinta.

Fakta kekuasaan yang cenderung digunakan untuk menindas rakyat, seharusnya disadari oleh penguasa. Rakyat sebagai pengawas independen, hendaknya menjadi pengarah dan penegak hak asasi kemanusiaan yang tetap memperjuangkan setiap manusia meraih kesejahteraan tanpa adanya penindasan oleh kekuasaan. Lagu “Dendan Damai” tidak hanya untuk didengangkan untuk menghibur pahitnya hidup, melainkan harus dimaknai sebagai ide/gagasan perdamaian antara penguasa dan rakyat sehingga terwujud kesejahteraan hidup sesuai tujuan hidup berbangsa dan bernegara.

Pengamat seni pada MARAKOM INSTITUTE Yogyakarta.
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
: