Home » » SAAT SANG PENCERAMAH CURHAT

SAAT SANG PENCERAMAH CURHAT

Selasa, 25 Juni 2013 | 0 komentar

Tulisan oleh: Noer Hasanatul Hafshaniyah

Liburan semester kemarin, saya berkunjung ke pondok tempat saya ‘dilahirkan’ dan ‘dibesarkan’. Karena kesempan seperti ini tidak bisa saya dapatkan setiap saat, maka saya manfaatkan untuk tinggal beberapa hari di sana. Selama sekian waktu itu saya rencanakan untuk banyak berbagi kisah dengan beberapa kawan dekat yang masih di sana. Tak hanya itu, saya juga merencanakan –bahkan mewajibkan- untuk nyabis (berkunjung, bertamu, sowan) ke beberapa guru saya yang ada di sana.

 Dalam satu momen bertamu saya kepada salah satu ustadz semasa aliyah dulu, Beliau berbincang tentang banyak hal. Ada satu perbincangan yang saya garisbawahi. Yaitu ketika Beliau berkisah tentang kawan se’profesi’ Beliau, penceramah.

Diceritakan, dalam suatu acara di mana kawan Beliau itu yang hadir sebagai pengisi mau’idhah hasanah dan Beliau juga hadir di sana, tiba-tiba sang kawan itu menyinggung soal tanah jariyah yang banyak ditawarkan kepadanya. Dengan nada emosional dan dalam bahasa setempat, sang kawan ini mengatakan, “banyak tawaran dari masyarakat yang datang kepada saya untuk membangun tempat tinggal di atas tanah jariyah (untuk bertempat tinggal dilokasi yang ditawarkan itu). Tapi saya tidak mau karena masih merasa sayang untuk meninggalkan tempat tinggal saya saat ini.”

Siapapun rasanya dapat menangkap bahwa ungkapan itu adalah nada keluhan. Tanpaknya kawan ustadz saya ini sedang mengalami hal-hal yang tidak nyaman. Semacam perlakuan atau perbincangan yang kurang menyenangkan tentang tempat tinggalnya atau pondok pesantren yang dikelolanya. Dan karena gejolak emosinya belum terendapkan, sedangkan ia harus keluar, menghadiri acara dan mengisi ceramah di situ, akhirnya keluarlah ungkapan tadi.

Setelah berkisan tentang kawan Beliau itu tadi dan kemudian terkekeh-kekeh, ustadz saya adebhu (mengatakan) dalam bahasa daerah saya, “memang tidak mudah berceramah sedangkan sebelumnya terjadi pertengkaran, ada masalah dan sebagainya. Di luar kesadaran, semua itu seringkali tersampaikan di forum. Apalagi problem itu dengan istri.” Selanjutnya, ustadz saya ini kemudian melanjutkan bahwa begitu sulit bagi Beliau untuk berceramah dengan apik, tetap berada pada koridor konten yang dibahas, tanpa sedikitpun melontarkan kalimat-kalimat yang bernada ‘curhat’ seperti kawan Beliau di atas, ketika Beliau harus berceramah dan sebelumnya jalinan dengan istri Beliau sedang diusik persoalan.

Dengan penuh khidmad dan keta’dhiman, saya terus mendengarkan tuturan-tuturan Beliau selanjutnya. Namun kalimat terakhir dari ungkapan Beliau di atas telah saya catat baik-baik dalam ingatan, kemudian daya beri kode ia, selanjutnya saya simpan dalam memori jangka panjang saya –sebagaimana dipaparkan dalam teori cara kerja memori. Pasalnya, sekali lagi saya menemukan bukti kebenaran ungkapan “ada perempuan tangguh di balik laki-laki hebat” lewat itu.

Keharmonisan keluarga, kesepakatan untuk berjalan dengan selaras yang terjalin di antara anggota keluarga, khususnya dengan istri, sang pendamping hidup, telah diakui secara gamblang oleh ustadz saya tersebut sebagai faktor penentu dalam kesuksesannya dalam ‘karier’ –jika berceramah tergolong sebagai karier. Secara jelas saya bahkan mampu mendengar kalimat-kalimat tersirat Beliau ketika itu. Ustadz saya yang telah sukses menjadi penceramah nasional, tidak akan berhasil meraih capaian-capaian prestisius sedemikian rupa jika tanpa peran keluarga besar Beliau, khususnya Sang istri. Meskipun tidak berbuat apa-apa, dengan menjaga stabilitas rumah tangga, tidak berkoar-koar mengungkapkan kalimat-kalimat bermuatan motivasi kepada Beliau, namun hal itu merupakan kontribusi yang nyaris tak ditemukan padanannya.

Yogyakarta, Ahad, 03 April 2013

"Penulis adalah putra Pulau Garam tulen. Saat ini menjadi asisten peneliti di CDIE (Center for Developing Islamic Education) fakultas Tarbiyah Keguruan UIN Sunan Kalijaga. Dan kader HMI komfak tarbiyah".


 
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
: